Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD)
Model pembelajaran kooperatif memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu
masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif
dikemukakan oleh Slavin (Gerson, 2002:107), “Belajar kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerjasama dalam kelompok
kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi.” Sedangkan Sunal dan Hans
(Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif
learning yaitu suatu cara
pendekatan atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan
dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses
pembelajaran.”
Selanjutnya Stahl (Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif
learning dapat meningkatkan sikap
tolong menolong dalam perilaku sosial.” Demikian pula Tim MKPBM (2001:218)
mengungkapkan, “Cooperatif Learning mencakupi
suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya.
Model pembelajaran kooperatif memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu
masalah secara bersama-sama. TIM MKPBM (2001:217) mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih
para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum
pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.” Pembelajaran kooperatif
ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh
pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Slavin, R.E.
(2009:8) “dalam model pembelajaran kooperatif akan duduk bersama dalam kelompok
yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh
guru. Sebagai contoh misalnya dalam metode yang disebut Student Teams Achievement Division (STAD).”
Mengenai langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif, Ibrahim, Muslimin, et.al. (2000:10) membagi model pembelajaran
kooperatif menjadi enam langkah atau fase, yang dapat dilihat pada Tabel II.1
Tabel II.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
1.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
|
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik
belajar
|
2.
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada peserta didik
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
|
3.
Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok
belajar
|
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien
|
4.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
5.
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
|
6.
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
Sumber: Ibrahim, Muslimin, et.al. (2000:10)
Model pembelajaran kooperatif dapat dilakukan
dengan berbagai pendekatan antara lain dengan model pembelajaran kooperatif
tipeStudent Team Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe
STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu
pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke
dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok
haruslah heterogen.
Jumlah peserta didik bekerja dalam kelompok harus
dibatasi, agar kelompok yang terbentuk menjadi efektif, karena ukuran kelompok
akan berpengaruh pada kemampuan kelompoknya. Ukuran kelompok yang ideal untuk
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah empat sampai lima orang. Kelebihan
kelompok berempat menurut Lie, Anita (2007:47) antara lain:
1. Mudah dipecah menjadi berpasangan
2. Lebih banyak ide muncul
3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
4. Guru mudah memonitor
Slavin (Wardani, Sri, 2006:5-7) mengemukakan
bahwa secara garis besar tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah sebagai berikut:
1. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta
didik mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan
apersepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat
yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri yang akan
diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran
dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya
presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan
materi yang akan dibahas.
2. Tahap kerja Kelompok
Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar
tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta
didik saling berbagi tugas dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan
sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator
dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3. Tahap Tes Individual
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar
yang akan dicapai diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah
dibahas, tes individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap
kali pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari
secara individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini
dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor
kelompok.
4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan
skor awal. Perhitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar peserta
didik terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Berikut ini adalah pedoman pemberian skor
perkembangan individu.
Tabel II.2
Konversi Skor Perkembangan Poin Kemajuan
Konversi Skor Perkembangan Poin Kemajuan
Skor Tes
|
Poin Kemajuan
|
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
|
5 poin
|
10 – 1 poin di bawah skor awal
|
10 poin
|
Skor awal sampai 10 poin di atasnya
|
20 poin
|
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
|
30 poin
|
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari
skor awal)
|
30 poin
|
Sumber: Slavin, R.E. (2009:159)
5.
Tahap Penghargaan Kelompok
Pada tahap ini perhitungan skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu
kemudian dibagi sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan
berdasarkan perolehan rata-rata, penghargaan dikategorikan kepada kelompok
baik, kelompok hebat dan kelompok super.
Slavin, R.E. (2009:160) mengemukakan kriteria
yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok yaitu:
Tabel II.3
Tingkat Penghargaan Kelompok
Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata Kelompok
|
Penghargaan
|
15 poin
|
Tim baik
|
16 poin
|
Tim sangat baik
|
17 poin
|
Tim super
|
Sumber: Slavin, R.E. (2009:160)
Berdasarkan uraian di atas, dalam pembelajaran
kooperatif yang menggunakan pendekatan STAD guru harus melaksanakan
langkah-langkah: penyajian materi, kegiatan kelompok, tes individu, perhitungan
skor setiap individu dan penghargaan kelompok. Guru bisa menyajikan materi baik
secara klasikal atau pun melalui diskusi, dan tetap harus menyusun perencanaan
pelaksanaan pembelajaran dan mempersiapkan lembar kerja peserta didik atau
panduan belajar peserta didik, pembentukan kelompok belajar dan menjelaskan
pada peserta didik tentang tugas dan perannya dalam kelompok, juga mengenai
perencanaan waktu dan tempat duduk peserta didik. Supaya proses pembelajaran
terlaksana dengan baik segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik pula,
agar peran aktif peserta didik dan demokrasi benar-benar terlaksana.
1.
Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
Teori belajar konetruktivisme lahir dari gagasan
Piaget dan Vygotsky. Ide dari teori ini adalah peserta didik aktif
membangunpengetahuannya sendiri. Otak peserta didik dianggap sebagai mediator
yang menerima masukkan dari dunia luar dan menentukan apa yang akan
dipelajarinya. Pandangan konstruktivis tentang pembelajaran adalah peserta
didik diberi kesempatan memilih dan menggunakan model belajar sendiri dalam
belajar dan guru membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan yang lebih
tingi. Selain itu peserta didik diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Piaget
(Depdiknas, 2004:21), “Faktor utama yang mendorong perkembangan kognitif
seseorang adalah motivasi atau daya dari diri si individu sendiri untuk mau
belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Piaget (Depdiknas,
2004:5) menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan intelektual manusia terjadi
karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti:
1. Kematangan (maturation), yaitu pertumbuhan otak dan
sistem syaraf manusia karena bertambahnya usia.
2. Pengalaman (experience), yaitu terdiri dari:
1.
Pengalaman fisik, yaitu
interaksi manusia dengan obyek-obyek di lingkungannya.
2.
Pengalaman logika matematis,
yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia bersangkutan.
3. Transmisi sosial, yaitu interaksi dan kerja sama yang dilakukan
oleh manusia dengan manusia lainnya.
4. Penyeimbangan (equilibration), yaitu proses struktur
mental (struktur kognitif) manusia kehilangan keseimbangan sebagai akibat dari
adanya pengalaman-pengalaman baru, kemudian berusaha untuk mencapai
keseimbangan baru dengan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah di mana informasi-informasi dan pengalaman-pengalaman baru diserap
(dimasukkan) ke dalam struktur kognitif manusia, sedangkan akomodasi adalah
penyesuaian pada struktur kognitif manusia sebagai akibat dari adanya
informasi-informasi dan pengalaman-pengalaman baru yang diserap.
Berdasarkan uraian di atas, teori Piaget sangat
mendukung pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Teori Piaget memandang
penting dibentuknya kelompok belajar sehingga setiap anak memiliki rasa
tanggung jawab dan merasa adanya saling ketergantungan secara positif karena
setiap anggota memiliki peran serta dalam mencapai keberhasilan kelompoknya.
0 komentar:
Posting Komentar